JUDUL PERCOBAAN : ALAT UKUR DASAR LISTRIK
TANGGAL PERCOBAAN : 25 FEBRUARI 2012
TUJUAN PERCOBAAN
: 1. Memahami prinsip kerja
alat ukur dasar listrik
2.
Dapat membedakan sumber AC dan DC
3.
Mempelajari cara menggunakan basicmeter 90
I.
ALAT
DAN BAHAN
1.1 Baterai
1.2 Papan
rangkaian
1.3 Jembatan
penghubung
1.4 Kabel
penghubung
1.5 Basicmeter
90
II.
LANDASAN
TEORI
“Aliran muatan listrik merupakan
suatu arus listrik. Arus listrik berasal dari semua aliran muatan, listrik yang
melalui suatu luasan penampang melintang. Jika adalah muatan yang mengalir melalui penampang
lintang A dalam suatu , maka arus adalah : ”. (Fisika untuk Sains
dan Teknik, Tipler, 137, 1996)
“Baterai
mempunyai kelebihan yang besar, bisa memperbarui sendiri. Ia dapat menghasilkan
aliran muatan listrik terus-menerus untuk periode waktu yang relatif lama.
Baterai yang paling sederhana terdiri dari dua keping atau batang yang dibuat
dari logam berbeda (salah satunya bisa berupa karbon) yang disebut elektroda”.
(Fisika, Giancoli, 64, 2001)
“Arus
listrik dari arus partikel-partikel bermuatan dan ion. Agar dihasilkan arus
listrik, suatu medan listrik harus dibangkitkan untuk menggerakkan
partikel-partikel bermuatan dalam arah yang tidak ditentukan. Arus listrik
dinyatakan dalam coulomb/detik, suatu satuan yang disebut ampere. Satu ampere
adalah intensitas arus listrik yang bersesuaian dengan muatan satu coulomb yang
melalui satu penampang bahan tiap detik”. (Dasar-Dasar Fisika Universitas,
Marcelo Alonso, 23, 1994)
“Arus
listrik adalah muatan yang bergerak. Kuat arus listrik didefinisikan sebagai
jumlah muatan yang bergerak per satuan waktu., ditulis : ”. (Fisika dasar II,
Yusrizal, 76, 2008)
“Arus
searah (dc), yakni arus lunak yang tidak berubah terhadap waktu, sedangkan arus
bolak-balik (ac) adalah arus yang berubah secara sinusoidal. Kebanyakan sistem
distribusi daya rumah tangga dan industri beroperasi dengan arus bolak-balik
setiap peralatan yang disambungkan ke dalam sebuah saluran dinding atau stop
kontak menggunakan ac, dan banyak alat yang dayanya berasal dari baterai untuk
menciptakan atau memperbesar arus bolak-balik”. (Fisika Universitas, Young dan
Freedman, 434, 2001)
III.
LANGKAH-LANGKAH
PERCOBAAN
3.1
Mengukur Tegangan
Listrik
3.1.1
Baterai dipasang pada
papan rangkaian.
3.1.2
Kemudian kabel
penghubung merah (positif) dan biru (negatif) juga dipasang pada papan
rangkaian.
3.1.3
Selanjutnya kabel
penghubung biru (negatif) dihubungkan pada kutub netral dan kabel penghubung
merah dihubungkan pada batas ukur yang terdapat pada basicmeter 90.
3.1.4
Setelah itu, baca
penunjukan voltmeter dan dicatat pada tabel pengamatan.
3.1.5
Pengukuran dilakukan
sebanyak 5x.
3.2
Mengukur Arus Listrik
3.2.1
Baterai dipasang pada
papan rangkaian.
3.2.2
Kemudian kabel
penghubung merah (positif) dan biru (negatif) juga dipasang pada papan
rangkaian.
3.2.3
Selanjutnya kabel
penghubung biru (negatif) dihubungkan pada kutub netral dan kabel penghubung
merah dihubungkan pada batas ukur yang terdapat pada basicmeter 90.
3.2.4
Setelah itu, baca
penunjukan amperemeter dan dicatat pada tabel pengamatan.
3.2.5
Pengukuran dilakukan
sebanyak 5x.
IV.
DATA PENGAMATAN
NST
amperemeter = 0,02 A
NST
voltmeter = 0,1 V
Tabel
4.1
No.
|
Tegangan
(V)
|
Kuat
Arus (A)
|
1
|
1,4
|
0,26
|
2
|
1,4
|
0,18
|
3
|
1,3
|
0,46
|
4
|
1,35
|
0,60
|
5
|
1,3
|
0,34
|
V.
PENGOLAHAN
DATA
5.1
Pengukuran
Tegangan Listrik
Tegangan
= NST Basicmeter 90 x pembacaan pada basicmeter 90
1. 0,1
V x 14 = 1,4 V
2. 0,1
V x 14 = 1,4 V
3. 0,1
V x 13 = 1,3 V
4. 0,1
V x 13,5 = 1,35 V
5. 0,1
V x 13 = 1,3 V
5.2
Pengukuran
Arus Listrik
= 0,02 A
Kuat
Arus = NST Basicmeter 90 x pembacaan pada basicmeter 90
1.
0,02 A x 13 = 0,26 A
2.
0,02 A x 9 = 0,18 A
3.
0,02 A x 23 = 0,46 A
4.
0,02 A x 30 = 0,60 A
5.
0,02 A x 17 = 0,34 A
5.3
Perhitungan
Ketidakpastian Pengukuran
5.3.1
Ketidakpastian
Pengukuran Tegangan Listrik
·
·
·
·
·
5.3.2
Ketidakpastian
Pengukuran Arus Listrik
·
·
·
·
·
5.3.3
Faktor-Faktor
Penyebab Timbulnya Kesalahan dalam Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus
a.
Kesalahan umum
(keteledoran), yang disebabkan oleh keterbatasan pengamat, diantaranya
kekurangterampilan memakai alat ukur, atau kekeliruan dalam pembacaan skala
yang kecil.
b.
Kesalahan acak,
disebabkan adanya fluktuasi-fluktuasi yang halus pada kondisi-kondisi
pengukuran, diantaranya fluktuasi tegangan pada baterai.
c.
Kesalahan sistematis,
kesalahan yang dikarenakan oleh alat yang digunakan, diantaranya kesalahan
titik nol, seperti titik nol skala tidak berimpit dengan titik nol jarum
penunjuk.
VI.
PEMBAHASAN
Berdasarkan
percobaan alat ukur dasar listrik, dapat diketahui bahwa di dalam suatu
rangkaian listrik terdapat arus listrik yang mengalir dari potensial tinggi ke
potensial rendah. Kuat arus listrik dinyatakan dalam coulomb per detik, yang
disebut ampere. Satu ampere berarti dalam satu detik terdapat satu coulomb
elektron-elektron yang mengalir melewati satu titik.
Ada dua jenis arus listrik, yaitu
arus searah (direct current, dc) dan arus bolak-balik (alternating current,
ac). Arus DC adalah arus listrik yang arahnya selalu mengalir dalam satu arah.
Arah kuat arus DC selalu keluar dari kutub positif, melewati rangkaian dan
kembali masuk ke kutub negatif. Sedangkan arus AC adalah arus listrik yang
arahnya senantiasa berbalik arah secara teratur (periodik).
Pada percobaan yang telah dilakukan,
kita menggunakan sumber energi yaitu baterai yang merupakan salah satu contoh
dari arus DC. Dikarenakan arus DC hanya mengalir satu arah, kita harus
menentukan kabel penghubung positif dan negatifnya karena kutub positif harus
dihubungkan dengan kabel penghubung positif dan begitu juga sebaliknya. Berbeda
dengan arus AC, dikarenakan arus AC selalu berubah arah (arahnya tidak tetap
seperti dalam arus DC), maka untuk menghubungkan dengan alat pengukur seperti
amperemeter atau voltmeter, tidak perlu memperhatikan titik mana yang positif
dan negatif. Contoh penggunaan arus AC ialah tegangan listrik dari PLN.
Praktikum yang telah dilakukan ialah
mengukur tegangan dan arus listrik menggunakan basicmeter 90. Basicmeter 90
ialah suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur kuat arus dan tegangan
dalam suatu rangkaian. Basicmeter 90 memiliki batas ukur, terdapat 9 terminal,
4 terminal di kiri untuk arus dan 4 terminal di kanan untuk tegangan, juga
terdapat 1 terminal di sisi tengah bawah sebagai kutub netral baik untuk arus
maupun tegangan. Kawat penghubung merah (positif) dihubungkan pada batas ukur,
sedangkan kabel penghubung biru (negatif) dihubungkan pada kutub netral.
Prinsip kerja pada basicmeter 90 ialah menurut aturan gaya Lorentz.
Sebelum melakukan pengukuran,
usahakan jarum penunjuk tepat di titik nol. Dalam melakukan pengukuran
menggunakan basicmeter 90, baik pengukuran arus maupun tegangan, terlebih
dahulu menentukan nilai skala terkecil (NST) dari basicmeter 90. NST ditentukan
dengan membandingkan batas ukur terhadap jumlah skala.
Dalam menentukan hasil pengukuran,
NST dikalikan dengan skala yang terbaca pada basicmeter 90. Pada pengukuran
juga terdapat ketidakpastian, karena tidak ada pengukuran yang pasti.
Ketidakpastian dalam pengukuran dapat disebabkan oleh 3 hal, yaitu kesalahan
umum (keteledoran), kesalahan acak (fluktuasi pada baterai), dan kesalahan
sistematis (kesalahan pada alat).
VII.
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah :
1.
Di dalam suatu
rangkaian listrik terdapat arus listrik yang mengalir dari potensial (tegangan)
tinggi menuju potensial (tegangan) rendah.
2.
Jenis arus listrik ada
dua, yaitu arus searah (dc) dan arus bolak-balik (ac).
3.
Baterai merupakan salah
satu contoh penggunaan arus searah (dc), sedangkan penggunaan arus bolak-balik
(ac) ialah pada tegangan listrik PLN.
4.
Basicmeter 90 dapat
digunakan untuk mengukur tegangan dan kuat arus listrik.
5.
Prinsip kerja
basicmeter 90 ialah menurut aturan gaya Lorentz.
6.
Di dalam suatu
pengukuran pasti terdapat ketidakpastian, ketidakpastian dalam pengukuran dapat
disebabkan oleh 3 hal, yaitu :
·
kesalahan umum
(keteledoran)
·
kesalahan acak
(fluktuasi pada baterai)
·
kesalahan sistematis
(kesalahan pada alat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar